Semua ini berawal dari suatu kekecewaan.
Seperti dengan ide-ide lainnya, Ringkes.id lahir dari suatu kesadaran bahwa ada sesuatu yang kurang, dan ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk mengisi kekurangan tersebut.
Apakah kekurangan tersebut? Relevansi.
Lembaga pendidikan di Indonesia (SD-SMA-dan bahkan beberapa universitas) yang masih terlalu mentitikberatkan kepada hal-hal yang terkadang tidak relevan untuk meraih sukses di dalam era bisnis yang semakin kompetitif ini.
Apakah pelajaran Sejarah akan membuat anak-anak Indonesia mengerti bagaimana membangun suatu bisnis yang sustainable dan profitable?
Apakah pelajaran PPKN (jaman saya PMP) akan membuat anak-anak Indonesia mengerti bahwa hutang kartu kredit sangat mahal bunganya? Atau mobil mewah adalah suatu depresiasi?
Apakah pelajaran Biologi akan membuat anak-anak bangsa kita mengerti bagaimana berinvestasi yang menguntungkan di pasar saham atau pasar properti?
Apakah pelajaran Fisika menantang anak-anak Indonesia untuk memperbaiki Emotional Intelligence mereka untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka masing-masing dan membantu menjadikan negara ini lebih Makmur?
Apabila anda sampai pada halaman ini, anda sekarang sudah tahu bahwa para pebisnis sukses dan orang terkaya dunia memiliki satu kesamaan: Kebiasaan membaca buku.
(Tentunya bukan buku komik seperti Doraemon dan Conan. Yang kita maksud buku disini adalah buku-buku non-fiksi terutama di kategori pengembangan diri, bisnis, dan keuangan).
Di Indonesia, #budayabaca masih merupakan sesuatu yang asing. Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 di salah satu universitas ternama di negara bagian Connecticut, Amerika Serikat, hanya 0.01% dari penduduk Indonesia yang membaca buku.
Itu berarti dari 265 juta penduduk Indonesia, HANYA 26,500 orang yang memiliki kebiasaan membaca buku. Hal ini sangat ironis karena jumlah penduduk Indonesia yang menggunakan internet mencapai 50% (kurang lebih 133 juta orang) dan jumlah orang Indonesia yang menggunakan ponsel untuk mengambil foto dan video mencapai 44% (kurang lebih 117 juta orang).
Hal ini bukan sepenuhnya salah kita sebagai penduduk Indonesia. Harga buku-buku non-fiksi yang mahal dikombinasikan dengan sulitnya mendapat akses ke buku-buku tersebut (sebagian besar masih berbahasa Inggris karena diimpor langsung) menjadikan #budayabaca sebuah problem yang epidemik di Indonesia.
Ringkes.id mencoba untuk menyediakan solusi dari problem #budayabaca di Indonesia.
Lahir pada tanggal 2 April, 2019, Ringkes.id saat ini memiliki 50 lebih intisari dari buku-buku non-fiksi dunia di dalam platformnya dan akan terus bertambah. Setelah aktivasi akun, semua orang akan mempunyai akses ke semua konten platform.
Ringkes.id mempunyai misi untuk memperkaya kehidupan masyarakat Indonesia dengan menyediakan akses mudah dan terjangkau ke buku-buku non-fiksi terbaik dunia.
Ringkes.id mempunya misi untuk meningkatkan motivasi masyarakat Indonesia untuk membaca dengan menyediakan intisari daripada buku-buku pilihan dengan kategori:
Ringkes.id mempunyai misi untuk membantu masyarakat Indonesia mencapai target hidup mereka, baik target profesional maupun target pribadi, dengan membiasakan #budayabaca.
Ringkes.id mempunyai misi untuk tidak membiarkan harga buku yang cukup tinggi menjadi penghalang bagi minat baca masyarakat Indonesia.
Ringkes.id bukan substitusi dari buku-buku tersebut, melainkan sebuah wacana yang memberikan kesempatan bagi para pembaca untuk membuat keputusan yang lebih baik sebelum membeli buku dengan harga yang cukup signifikan.
Membeli buku non-fiksi adalah sebuah investasi. Dan seperti layaknya suatu investasi, informasi yang tepat akan menghasilkan investasi yang menguntungkan. Untuk semua pertanyaan atau saran, email bisa dialamatkan ke support@ringkes.id